Selasa, 25 Mei 2010

Cerpen Asik

Sumber Urip Story

Karya : Tio Galileo


Pada siang hari, tepatnya pada jam 14.00WIB. Seperti biasa Radit sedang asyik berlatih band bersama teman-temannya. Band yang bernama Sumber Urip ini, beranggotakan lima anak SMA. Band ini memang hanya baru berjalan selama satu bulan, namun kelima anak ini sangat optimis dan yakin bahwa suatu saat nanti band mereka akan menjadi band papan atas dan kelak lagu-lagu mereka akan dapat disukai oleh jutaan orang. Namun Radit teringat dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya, bahwa ia harus mengutamakan pendidikan daripada ngeband.

Suatu ketika Sumber Urip diajak oleh seorang teman untuk mengikuti festival band di GOR Panatayuda, yang akan diselenggarakan pada minggu malam hari, tanpa berfikir panjang Sumber Urip pun ikut dalam festival tersebut.

Akhirnya setelah sekian lama Radit berlatih, hari yang ditunggu pun akan segera tiba. Namun Radit teringat dengan tugasnya besok, bahwa besok hari Senin dan akn diadakan ulangan harian matematika. Radit pun lupa akan hal itu, dan sang ayah pun menegur Radit.

“ Dit, kamu udah belajar buat ulangan besok ?” Tanya ayahnya.

“ Ulangan ? Ulangan apa ayah ?” Jawab Radit.

“ Bukannya besok kamu ada ulangan matematika ?”.

“ Loh, ayah tau dari siapa ?” Tanya Radit dengan ragu.

“ Ayah tau dari temanmu yang tadi datang kesini, ayo belajar sana !”

“ Tapi Yah, gimana sama festival band yang Radit ikuti sekarang ?”

“ Festival apa ? Pokonya kamu harus belajar Radit !”

“ Tapi Yah, Radit kan gak bisa batalin gitu aja, Radit udah janji sama teman-teman dan ini merupakan festival pertama yang ingin sekali Radit ikuti.”

“ Jadi kamu mau pergi ke festival itu dan ninggalin kewajiban kamu sekarang ?” Ucap Ayah dengan mata melotot.

Radit hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.

“ Kenapa diam ? Kamu lebih milih ngeband daripada belajar ?” Tanya Ayah dengan serius.

Radit masih terdiam, dan 15 menit kemudian Radit berlari keluar, cepat-cepat ia mengambil sepeeda motornya dan sambil diikuti Ayahnya.

“ Radit mau kemana kamu ?” Teriak Ayahnya.

Radit tidak peduli dengan teriakan Ayahnya, ia tetap menancap gas sepeda motornya dengan cepat kilat.

“ Radit tunggu !” Teriak Ayahnya kembali.

Akhirnya tanpa pikir panjang Ayahnya langsung mengambil mobilnya yang ada di halaman luar rumahnya, dan ia pun pergi mengikuti Radit.

Radit pun akhirnya sampai di Gor panatayuda, dimana tempat festival band tersebut diadakan.

“ Radit darimana aja lu ? Gue telepon kok gak di angkat-angkat ?” Tanya seorang temannya yang merupakan salah satu personil Sumber Urip.

“ Sorry, gue tadi ada urusan mendadak !” jawab Radit dengan wajah gelisah.

“ Lu kok kaya orang abis dikejar setan gitu, kenapa ? lu lagi ada masalah ya ?”

“ Hah ? gak kok, gue bae-bae aja ! Udah ah kita siap-siap aja yuk ! yang lain pada kemana ?”

“ Oh, iya udah deh ! Yang lain lagi di belakang tuh lagi pada ngecek alat-alat.”

“ Yudah kita kesana!” Ajak Radit.

Radit dan teman-temannya pun bersiap untuk penampilan perdananya. Tidak lama kemudian Sumber Urip pun dipanggil untuk segera naik ke atas panggung.

“ Oke teman-teman kalian udah siap, kan ? Pertama kita berdoa dulu supaya semuanya dilancarkan, amin.” Ajak Radit kepada teman-temannya.

Di samping itu, Ayah Radit pun tiba di sana. Karena keadaannya yang sangat ramai Ayah Radit hanya menyaksikan Radit di dalam mobil saja. Radit naik ke atas panggung dengan semangat, petikan bass yang dimainkannya pun sangat begitu merdu, sangat berekspresi, dan iramanya pun terdengar sangat indah. Ayahnya sangat bangga melihat bakat yang dimiliki Radit, namun itu tidak akan merubah pendirian Ayah terhadap Radit bahwa Radit harus lebih giat belajar.

Setelah penampilan Radit selesai, Ayah Radit pun langsung beranjak pulang. Dan Radit langsung membereskan alat-alat dan berpamit kepada teman-temannya untuk segera pulang. Sesampai Radit dirumah, semua terlihat gelap, terlihat Ibu dan Ayah Radit sudah tertidur lelap. Dan Radit pun bergegas masuk kamar dan mengambil buku pelajaran matematika untuk belajar agar ia lebih siap menghadapi ulangan besok.

Pagi pun telah tiba, Radit bergegas untuk pergi ke sekolah seperti biasanya. Terlihat Ayah dan Ibu Radit sedang asyik sarapan di ruang makan.

“ Radit, kalau kamu bisa mendapatkan nilai seratus dalam ulangan matematika hari ini, Ayah tidak akan ngelarang kamu untuk ngeband lagi !” Tawaran Ayah sambil mengayun-ayunkan tangannya ke arah Radit.

“ Iya Ayah, Radit bakal usahain sebaik mungkin.” Jawab Radit dengan menekukan kepalanya.

“ Ya udah cepat sana kamu makan !” Perintah Ayahnya.

“ Iya Ayah.” Jawab Radit.

Radit pun berangkat skolah dengan gembira, karena ia yakin semalam ia telah belajar dengan baik. Karena tidak ingin mengecewakan Ibu dan Ayahnya, Radit rela tidur pada pukul 02.00 WIB dini hari untuk belajar matematika.

Teng ! Tepat pada pukul 06.30 WIB Radit tiba di sekolah, Radit pun belajar kembali untuk meyakini dirinya, apakah Radit sudah bisa dengan pelajaran ini atau belum. Waktu yang dinanti pun tiba, tepat pada pukul 07.00 WIB guru matematika pun tiba di kelas dan susana kelas pun berubah menjadi sunyi.

“ Baik, bisa dimulai ulangan harian hari pertama ini ?” Tanya guru matmatika Radit seraya memberikan lembaran soal.

“ Bisa Bu !” Sahut anak-anak kelas Radit.

Radit pun mengerjakan soal-soal tersebut dengan santai, mengingat perjuangannya semalam Radit pantas mendapatkan nilai yang diinginnya yaitu seratus.

Ulangan pun telah selesai dan anak-anak mengumpulkan kertas jawaban ke atas meja.

Tak terasa jam sekolah pun berakhir, seperti biasa yang dilakukan Sumber Urip adalah berlatih band pada saat pulang sekolah. Namun Radit memutuskan untuk tidak berlatih, karena ia tidak ingin Ayahnya tau bahwa ia telah berlatih band sebelum hasil ulangan itu diumumkan. Dan akhirnya Radit pun pulang saja meninggalkan teman-temannya.

“ Eh Radit, kamu udah pulang ?” Tanya Ibu

“ Iya bu.” Jawab Radit

“ Tadi pagi sehabis sarapan Ayah sudah menceritakan semuanya ke Ibu tentang kejadian tadi malam. Buat Ibu sih, ngeband boleh-boleh aja, tapi kamu inget ya jangan lupa buat bagi waktu untuk belajar. Lalu bagaimana dengan ulangan matematika kamu ?” Pesan Ibu.

“ Iya Bu, sebisa mungkin Radit bakal jaga kepercayaan Ibu dan Radit akan berusah untuk bisa membagi waktu. Radit gak tau Bu ulangan mau dibagiin kapan.” Senyum Radit kepada Ibu.

Kesokan harinya di sekolah ….

“ Woy, ulangan matematika nih, udah dibagiin !” Teriak seorang teman Radit dari dalam kelas.

Radit pun segera masuk ke dalam kelas untuk mengambil hasil ulangan matematika tersebut. Sesampainya di kelas, Radit pun kebingungan mencari kertas ulangag miliknya.

“ Eh, lu liat kertas ulangan matematika gue gak ?” Tanya Radit kebingungan.

“ Oh, ulangan matematika lu tadi udah gue taro di atas meja lu, gak usah panik gitu dong.” Ucap seorang temannya sambil tertawa.

“ Oh, ya udah makasih ya bro!Ucap Radit

“ Ok.” Jawab temannya.

Radit pun segera menghampiri mejanya. Dan ia pun mlihat kertas ulangannya dengan sangat kaget. Ternyata ia mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu seratus.

Radit ingin sekali segera sampai rumah hari ini, dan ajakan Sumber Urip untuk kedua kalinya ia tolak.

Sesampainya dirumah ..

“ Ibuuu ..! Lihat hasil ulangan Radit !” Teriak Radit dari depan pintu rumahnya.

Ada apa Radit ? Kamu kok teriak-teriak gitu sih ? Ibu lagi masak tau !” Jawab Ibu dengan nada kesal

“ Ibu liat ini hasil ulangan matematika Radit, Radit mendapatkan nilai seperti yang Ayah inginkan.” Ucap Radit dengan riang gembira.

“ Yang benar Radit ? Coba sini Ibu liat. “ Ucap Ibu seraya mengambil kertas yang sedari tadi ada di tangan Radit.

“ Wah Radit kamu hebat nak, kamu berhasil membuktikan kepada Ayah dan Ibu bahwa kamu bisa, Ibu bangga sekali kepada kamu. Nanti malam setelah Ayah pulang kerja, segeralah kamu memberikan hasil ini kepada Ayah ya. “ Ucap Ibu dengan tersenyum dan bangga.

“ Pasti Ibu, tenang aja.” Tegas Radit.

Malam hari, setelah mandi, Radit menunggu Ayahnya pulang dengan tidak sabar ingin memeberikan hasil ulangan matematikanya.

Satu jam telah berlalu dan Ayah pun belum pulang juga. Namun terdengar suara mobil dari luar sana, Radit gembira sekali mendengarnya. Ia pun semangat kembali menunggu Ayahnya masuk ke dalam rumah.

“ Ayah, liat hasil ulangan Radit, Radit mendapatkan nilai seratus.” Ucap Radit dengan gmbira

“ Wah, hebat sekali kamu nak !” Ucap Ayah dengan mengelus kepala Radit.

“ Ibu dan Ayah bangga sama kamu.” Ucap Ibu.

“ Terima kasih Yah, Bu !” Jawab Radit dengan tersenyum

Ayah dan Ibu Radit sangat bangga kepada Radit melihat prestasi yang iya dapatkan, karna Radit juga tidak hanya cerdas tetapi Radit pun berbakat dalam bermusik.

“ Dit, Ayah dan Ibu mengizinkan kamu buat ngeband lagi, tapi ingat kamu harus bisa bagi waktu buat belajar dan ngeband !” Ucap Ayah dengan memegang pundak Radit.

“ Iyah, Yah, Bu ! Radit janji buat bisa bagi waktu, Radit bakal usahain.” Ucap Radit sambil memeluk Ayah dan Ibu.

Keesokan harinya, di sekolah …

“ Dit, kemaren lu kenapa buru-buru amat baliknya ?” Tanya seorang temannya.

Maaf, kemaren gue lagi ada masalah sama nyokap, bokap !” Jawab Radit.

“ Emang masalah lu sama nyokap, bokap lu apa ? Lu cerita dong sama gue? Kita kan temen, ya siapa tau gue juga bisa bantu ?” Ucap temannya dengan memegang pundak Radit.

“ Makasih sebelumnya bro ! Tapi masalahnya udah kelar kok, waktu festival kemaren sebenernya gue gak boleh ikut sama bokap gue soalnya besoknya gue ada ulangan matematika dan gue disuruh belajar.” Ucap Radit.

“ Kenapa lu gak bilang, kita kan bisa batalin acaranya?”.

“ Gak lah, gila aja acaranya dibatalin ? Ya udah lah gak apa-apa, lagian masalahnya udah kelar kok!”.

“ Lu yakin gak apa-apa ? Terus gimana sama bokap lu? Dia ngelarang lu buat ngeband?”.

“ Nyantai aja lagi, semuanya udah baik-baik aja ! Gue juga gak dilarang buat ngeband kok!” Ucap Radit dengan tersenyum.

“ Oh bagus deh, tapi laen kali kalo lu punya masalah, lu cerita aja sama gue ya ? Kitat kan temen, satu band pula ! Lu tuh gak sendirian bro, ada gue dan yang laen yang selalu ngedukung lu ! Ok bro !?” Pinta seorang temannya dengan tersenyum.

“ OK bro, makasih banyak !”.

Radit sangat senang mendengar hal tersebut, teman-temannya begitu peduli padanya. Kini Radit pun sudah bisa membagi waktunya untuk belajar dan bandnya, nilai-nilainya pun sangat memuaskan kedua orang tuanya.

“ Eh, ngomong-ngomong yang laen pada kemana ? Gue ada tawaran nih buat Sumber Urip !” Ucap Radit.

“ Ada tuh di kantin, emang tawaran apa sih Dit ?” Tanya temannya dengan raut muka penasaran.

“ Ada lah pokoknya ! Sekarang kita ke kantin aja susul temen-temen!” Ajak Radit.

Sesampainya di kantin, terlihat disana teman-temannya sedang asyik makan dan mengobrol dengan tertawa. Radit pun menghampiri teman-temannya.

“ Woy, apa kabar lu semua ?” Tanya Radit pada teman-teman bandnya.

“ Wey, Radit ! Kemana aja lu, baru keliatan.” Saut teman-temannya.

“ Gue sibuk sama belajar bro ! Haha” Jawab Radit dengan tertawa.

“ Alah, gaya lu Dit !” Ucap salah satu temannya.

“ Eh, tapi gue mau ngomong serius nih. Gue ada tawaran buat Sumber Urip nih, pada mau gak ?”

“ Emang tawaran apa Dit ?”

“ Gue mau Sumber Urip bikin album, gimana ?”

“ Wah, boleh tuh ! tapi mau bikin album gimana ? Lagu aja kita gak punya.”

“ Lu semua tenang aja, lagu ada tuh di gue ! Ya emang cuma iseng-iseng gue aja sih tuh lagu tapi coba aja kita iringin, siapa tau bagus, gimana ?” Ajak Radit.

“ Boleh deh, ya udah kita coba aja !” Ajak salah satu personil Sumber Urip.

Setelah beberapa lama menyanyikan lagu-lagu yang di buat Radit, Sumber Urip pun berangkat ke salah satu studio rekaman untuk merekam lagu-lagunya tersebut. Setelah lima jam melakukan rekaman, lagu-lagu tersebut pun telah masuk ke dalam sebuah CD.

Dan suatu ketika Sumber Urip mendapatkan kabar iklan dari segelintir kertas yang menempel di mading sekolahnya yang menyatakan bahwa lagu-lagunya yang beraliran punk-rock ini telah banyak di sukai oleh anak-anak muda. Sumber Urip pun di minta oleh kepala bagian studio rekaman untuk rekaman kembali, karena lau-lagunya akan di perbanyak dan lagu-lagunya akan di pasarkan. Mendengar Kabar seperti ini tentu membuat Sumber Urip sangat tertarik dan gembira karena apa yang di inginkannya selama ini akhirnya tercapai juga. Sumber Urip pun tidak ingin melewatkan kesempatan ini, Sumber Urip langsung mendatangi studio rekaman tersebut dan langsung melakukan rekaman seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya.

Kini lagu-lagu Sumber Urip dengan Radit sebagai pencipta lagu-lagu tersebut sudah banyak di pasarkan dan lagu-lagu yang telah di kasetkan tersebut pun telah berhasil di pasarkan sebanyak satu juta kaset. Tidak hanya berhasil di pasarkan, lagu-lagu mereka pun kini sudah banyak di putar di acara-acara radio.

Radit dengan teman-temannya sangat bangga dengan apa yang telah di hasilkannya. Radit pun sangat berterima kasih kepada Ayah dan Ibu karena mereka telah mempercayainya dan mendukungnya.

“ Dit, selamat yah buat band kamu nak.” Ucap Ayah di sertai Ibunya.

“ Iya Yah, Bu ! Radit juga mau berterima kasih sama Ayah dan Ibu karena Ayah dan Ibu udah mau ngizinin Radit buat ngeband.” Ucap Radit sambil memeluk Ayah dan Ibu.

“ Sama-sama nak, Ayah dan Ibu pun sangat bangga pada mu ! Tapi kamu juga harus tetap ingat sama kewajiban kamu, kamu gak boleh ninggalin kewajiban kamu, sebentar lagi kan kamu mau lulus dan kuliah.” Ucap Ayah sambil memegang kepala Radit.

“ Iya Yah, Radit bakal inget sama kewajiban Radit.”

Setelah lulus sekolah, Radit pun masuk ke universitas nomor satu di Indonesia yaitu UI. Kedua orang tua Radit sangat bangga melihat anaknya yang telah tumbuh dewasa sekarang dengan masa depan yang cerah. Dan Radit sangat bangga pada dirinya sendiri karena ia telah berhasil membawa teman-temannya menjadi anak band papan atas dan ia pun telah berhasil membuat impiannya menjadi kenyataan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar