Kamis, 27 Mei 2010

Heartbreak can be a good business

Patah hati emang suatu fenomena yang terkadang membuat pikiran menjadi kalut dan pendek. Patah hati bukan merupakan suatu fenomena alam yang dapat merusak kehidupan biologis manusia namun patah hati merupakan suatu pertempuran antara akal sehat dan kesedihan hingga akhirnya menimbulkan suatu perbuatan yang dihasilkan oleh pemenang pertempuran itu tadi. Emang banyak yang orang lakuin karena patah hati. Contohnya ada yang mabok – mabokan buat menghilangkan kesedihan, ada yang larinya ke nge-drugs, bahkan gak sedikit yang sampe bunuh diri. Tapi apa kalian tau kalo patah hati bisa menjadi salah satu inspirasi kalian buat berkarya. Kalo kata Pee Wee gaskin, Heartbreak can be a good business. Banyak orang yang menghasilkan karya – karya yang briliant ketia patah hati. Gw mau kasih beberapa alternatif positif ketika kalian sedang patah hati
1. Bikin puisi
Patah hati rata – rata Cuma mengahasilkan kesedihan. Nah, kalian bisa coba tumpahkan kesedihan kalian ke untaian kata – kata yang disusun menjadi puisi. Terserah puisi itu mau kalian publikasikan atau tidak, tapi yang jelas dari pada nangis semaleman atau ngebanting – banting piring, lebih baik kalian tulis kesedihan itu ke puisi. Kalo kalian PD, puisi kalian itu bisa kalian coba masukin ke koran atau majalah.

2. Bikin lagu
Ini kelanjutan dari yang nomor satu tadi. Kalo kalian berbakat, kalian bisa tuangkan kesedihan kalian kedalam puisi lalu kalian bisa menggunakan nada – nada buat jadikan puisi itu menjadi sebuah lirik lagu. Terserah liriknya mau neggambarain kesedihan atau pun kebencian. Terserah juga nadanya mau lembut atau mau di buat teriak –teriakan gak jelas. Yang penting hal ini bisa ngebuat kalian plong dan sejenak lupa akan masalah kalian.

3. Bikin cerpen
Lebih canggih lagi nih. Kalian misalnya mau tulis pengalaman patah hati kalian ke sebuah cerita. Kalian mau tulis pengalaman dari mulai nembak sampe putus. Mau tokohnya pake nama kalian sendiri atau pake nama orang lain pun terserah. Yang jelas gw saranin kalo dalam keadaan patah hati, kalian lebih baik nulis cerita secara spotan. Apa yang ada di pikiran kalian bisa langsung kalian keluarkan.

4. Tulis Diary
Kalo kalian gak punya insiprasi sama sekali dan mau asal tulis tentang keadaan hati kalian, kalian bisa nuanginnya kedalam diary. Kalo di diary biasanya orang akan lebih betah buat nulis. Bahkan semalem bisa abis tuh diary. Jadi sapa tau kalo kalian punya catatan harian di Blog, blog kalian di liat sutradara dan diary kalian di jadiin naskah film. Hehehehehe

5. Ngelukis
Ini kalo kalian punya alat lukisnya ya, jangan sampe kalian ngelukis di tembok jalan. Kalian mau ngelukis pake pensil doang atau mau pake cat terserah. Mau lukisan obyek atau abstrak, yang penting bisa buatkalian plong..........................

Nah itu tadi alternatif postif kalo kalian lagi patah hati. Sapa tau karya kalian mendapat apresiasi lebih dan berharga tinggi. Kalian bakal ngarep sering patah hati deh............
HAHAHAHAHAHA

Selasa, 25 Mei 2010

antara hayalan dan takdir

terkadang gw pernah ngbayangin.kalo kita bisa nulis takdir kita sendri, gw bakal tulis takdir gw semau gw. gw pangen punya orang tua yang super kaya, punya jet pribadi dan punya rumah yang besar.
gw pengen punya face yang ganteng, badan yang atletis dan hidup yang mewah, gw pengan punya pacar yang gak harus cakep tapi setia. gw bakal beli pulau pribadi buat keperluan pribadi gw dan keluarga gw. pokoknya hidup mewah,selalu bahagia dan berkecukupan. tanpa ada masalah hidup. dan yang lebih penting lagi kalo udah mati gw bisa masuk surga.

tapi semua yang gw tulis barusan cuma hayalan gw doang. kenyataannya takdir manusia sudah tertulis sebelum manusia itu dilahirkan. takdir baik atau pun buruk harus kita terima karen tuhan sudah mengatur yang terbaik buat kita. kita hidup miskin, mungkin tuhan punya maksud tersendiri kenapa kita di takdirkan miskin. namun nasib manusia masih bisa dirubah oleh manusia selama manusia itu mau berusaha.
yang terpenting sekarang adalah selalu bersyukur apa yang diberikan tuhan kepada kita.

Cerpen Asik

Sumber Urip Story

Karya : Tio Galileo


Pada siang hari, tepatnya pada jam 14.00WIB. Seperti biasa Radit sedang asyik berlatih band bersama teman-temannya. Band yang bernama Sumber Urip ini, beranggotakan lima anak SMA. Band ini memang hanya baru berjalan selama satu bulan, namun kelima anak ini sangat optimis dan yakin bahwa suatu saat nanti band mereka akan menjadi band papan atas dan kelak lagu-lagu mereka akan dapat disukai oleh jutaan orang. Namun Radit teringat dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya, bahwa ia harus mengutamakan pendidikan daripada ngeband.

Suatu ketika Sumber Urip diajak oleh seorang teman untuk mengikuti festival band di GOR Panatayuda, yang akan diselenggarakan pada minggu malam hari, tanpa berfikir panjang Sumber Urip pun ikut dalam festival tersebut.

Akhirnya setelah sekian lama Radit berlatih, hari yang ditunggu pun akan segera tiba. Namun Radit teringat dengan tugasnya besok, bahwa besok hari Senin dan akn diadakan ulangan harian matematika. Radit pun lupa akan hal itu, dan sang ayah pun menegur Radit.

“ Dit, kamu udah belajar buat ulangan besok ?” Tanya ayahnya.

“ Ulangan ? Ulangan apa ayah ?” Jawab Radit.

“ Bukannya besok kamu ada ulangan matematika ?”.

“ Loh, ayah tau dari siapa ?” Tanya Radit dengan ragu.

“ Ayah tau dari temanmu yang tadi datang kesini, ayo belajar sana !”

“ Tapi Yah, gimana sama festival band yang Radit ikuti sekarang ?”

“ Festival apa ? Pokonya kamu harus belajar Radit !”

“ Tapi Yah, Radit kan gak bisa batalin gitu aja, Radit udah janji sama teman-teman dan ini merupakan festival pertama yang ingin sekali Radit ikuti.”

“ Jadi kamu mau pergi ke festival itu dan ninggalin kewajiban kamu sekarang ?” Ucap Ayah dengan mata melotot.

Radit hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.

“ Kenapa diam ? Kamu lebih milih ngeband daripada belajar ?” Tanya Ayah dengan serius.

Radit masih terdiam, dan 15 menit kemudian Radit berlari keluar, cepat-cepat ia mengambil sepeeda motornya dan sambil diikuti Ayahnya.

“ Radit mau kemana kamu ?” Teriak Ayahnya.

Radit tidak peduli dengan teriakan Ayahnya, ia tetap menancap gas sepeda motornya dengan cepat kilat.

“ Radit tunggu !” Teriak Ayahnya kembali.

Akhirnya tanpa pikir panjang Ayahnya langsung mengambil mobilnya yang ada di halaman luar rumahnya, dan ia pun pergi mengikuti Radit.

Radit pun akhirnya sampai di Gor panatayuda, dimana tempat festival band tersebut diadakan.

“ Radit darimana aja lu ? Gue telepon kok gak di angkat-angkat ?” Tanya seorang temannya yang merupakan salah satu personil Sumber Urip.

“ Sorry, gue tadi ada urusan mendadak !” jawab Radit dengan wajah gelisah.

“ Lu kok kaya orang abis dikejar setan gitu, kenapa ? lu lagi ada masalah ya ?”

“ Hah ? gak kok, gue bae-bae aja ! Udah ah kita siap-siap aja yuk ! yang lain pada kemana ?”

“ Oh, iya udah deh ! Yang lain lagi di belakang tuh lagi pada ngecek alat-alat.”

“ Yudah kita kesana!” Ajak Radit.

Radit dan teman-temannya pun bersiap untuk penampilan perdananya. Tidak lama kemudian Sumber Urip pun dipanggil untuk segera naik ke atas panggung.

“ Oke teman-teman kalian udah siap, kan ? Pertama kita berdoa dulu supaya semuanya dilancarkan, amin.” Ajak Radit kepada teman-temannya.

Di samping itu, Ayah Radit pun tiba di sana. Karena keadaannya yang sangat ramai Ayah Radit hanya menyaksikan Radit di dalam mobil saja. Radit naik ke atas panggung dengan semangat, petikan bass yang dimainkannya pun sangat begitu merdu, sangat berekspresi, dan iramanya pun terdengar sangat indah. Ayahnya sangat bangga melihat bakat yang dimiliki Radit, namun itu tidak akan merubah pendirian Ayah terhadap Radit bahwa Radit harus lebih giat belajar.

Setelah penampilan Radit selesai, Ayah Radit pun langsung beranjak pulang. Dan Radit langsung membereskan alat-alat dan berpamit kepada teman-temannya untuk segera pulang. Sesampai Radit dirumah, semua terlihat gelap, terlihat Ibu dan Ayah Radit sudah tertidur lelap. Dan Radit pun bergegas masuk kamar dan mengambil buku pelajaran matematika untuk belajar agar ia lebih siap menghadapi ulangan besok.

Pagi pun telah tiba, Radit bergegas untuk pergi ke sekolah seperti biasanya. Terlihat Ayah dan Ibu Radit sedang asyik sarapan di ruang makan.

“ Radit, kalau kamu bisa mendapatkan nilai seratus dalam ulangan matematika hari ini, Ayah tidak akan ngelarang kamu untuk ngeband lagi !” Tawaran Ayah sambil mengayun-ayunkan tangannya ke arah Radit.

“ Iya Ayah, Radit bakal usahain sebaik mungkin.” Jawab Radit dengan menekukan kepalanya.

“ Ya udah cepat sana kamu makan !” Perintah Ayahnya.

“ Iya Ayah.” Jawab Radit.

Radit pun berangkat skolah dengan gembira, karena ia yakin semalam ia telah belajar dengan baik. Karena tidak ingin mengecewakan Ibu dan Ayahnya, Radit rela tidur pada pukul 02.00 WIB dini hari untuk belajar matematika.

Teng ! Tepat pada pukul 06.30 WIB Radit tiba di sekolah, Radit pun belajar kembali untuk meyakini dirinya, apakah Radit sudah bisa dengan pelajaran ini atau belum. Waktu yang dinanti pun tiba, tepat pada pukul 07.00 WIB guru matematika pun tiba di kelas dan susana kelas pun berubah menjadi sunyi.

“ Baik, bisa dimulai ulangan harian hari pertama ini ?” Tanya guru matmatika Radit seraya memberikan lembaran soal.

“ Bisa Bu !” Sahut anak-anak kelas Radit.

Radit pun mengerjakan soal-soal tersebut dengan santai, mengingat perjuangannya semalam Radit pantas mendapatkan nilai yang diinginnya yaitu seratus.

Ulangan pun telah selesai dan anak-anak mengumpulkan kertas jawaban ke atas meja.

Tak terasa jam sekolah pun berakhir, seperti biasa yang dilakukan Sumber Urip adalah berlatih band pada saat pulang sekolah. Namun Radit memutuskan untuk tidak berlatih, karena ia tidak ingin Ayahnya tau bahwa ia telah berlatih band sebelum hasil ulangan itu diumumkan. Dan akhirnya Radit pun pulang saja meninggalkan teman-temannya.

“ Eh Radit, kamu udah pulang ?” Tanya Ibu

“ Iya bu.” Jawab Radit

“ Tadi pagi sehabis sarapan Ayah sudah menceritakan semuanya ke Ibu tentang kejadian tadi malam. Buat Ibu sih, ngeband boleh-boleh aja, tapi kamu inget ya jangan lupa buat bagi waktu untuk belajar. Lalu bagaimana dengan ulangan matematika kamu ?” Pesan Ibu.

“ Iya Bu, sebisa mungkin Radit bakal jaga kepercayaan Ibu dan Radit akan berusah untuk bisa membagi waktu. Radit gak tau Bu ulangan mau dibagiin kapan.” Senyum Radit kepada Ibu.

Kesokan harinya di sekolah ….

“ Woy, ulangan matematika nih, udah dibagiin !” Teriak seorang teman Radit dari dalam kelas.

Radit pun segera masuk ke dalam kelas untuk mengambil hasil ulangan matematika tersebut. Sesampainya di kelas, Radit pun kebingungan mencari kertas ulangag miliknya.

“ Eh, lu liat kertas ulangan matematika gue gak ?” Tanya Radit kebingungan.

“ Oh, ulangan matematika lu tadi udah gue taro di atas meja lu, gak usah panik gitu dong.” Ucap seorang temannya sambil tertawa.

“ Oh, ya udah makasih ya bro!Ucap Radit

“ Ok.” Jawab temannya.

Radit pun segera menghampiri mejanya. Dan ia pun mlihat kertas ulangannya dengan sangat kaget. Ternyata ia mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu seratus.

Radit ingin sekali segera sampai rumah hari ini, dan ajakan Sumber Urip untuk kedua kalinya ia tolak.

Sesampainya dirumah ..

“ Ibuuu ..! Lihat hasil ulangan Radit !” Teriak Radit dari depan pintu rumahnya.

Ada apa Radit ? Kamu kok teriak-teriak gitu sih ? Ibu lagi masak tau !” Jawab Ibu dengan nada kesal

“ Ibu liat ini hasil ulangan matematika Radit, Radit mendapatkan nilai seperti yang Ayah inginkan.” Ucap Radit dengan riang gembira.

“ Yang benar Radit ? Coba sini Ibu liat. “ Ucap Ibu seraya mengambil kertas yang sedari tadi ada di tangan Radit.

“ Wah Radit kamu hebat nak, kamu berhasil membuktikan kepada Ayah dan Ibu bahwa kamu bisa, Ibu bangga sekali kepada kamu. Nanti malam setelah Ayah pulang kerja, segeralah kamu memberikan hasil ini kepada Ayah ya. “ Ucap Ibu dengan tersenyum dan bangga.

“ Pasti Ibu, tenang aja.” Tegas Radit.

Malam hari, setelah mandi, Radit menunggu Ayahnya pulang dengan tidak sabar ingin memeberikan hasil ulangan matematikanya.

Satu jam telah berlalu dan Ayah pun belum pulang juga. Namun terdengar suara mobil dari luar sana, Radit gembira sekali mendengarnya. Ia pun semangat kembali menunggu Ayahnya masuk ke dalam rumah.

“ Ayah, liat hasil ulangan Radit, Radit mendapatkan nilai seratus.” Ucap Radit dengan gmbira

“ Wah, hebat sekali kamu nak !” Ucap Ayah dengan mengelus kepala Radit.

“ Ibu dan Ayah bangga sama kamu.” Ucap Ibu.

“ Terima kasih Yah, Bu !” Jawab Radit dengan tersenyum

Ayah dan Ibu Radit sangat bangga kepada Radit melihat prestasi yang iya dapatkan, karna Radit juga tidak hanya cerdas tetapi Radit pun berbakat dalam bermusik.

“ Dit, Ayah dan Ibu mengizinkan kamu buat ngeband lagi, tapi ingat kamu harus bisa bagi waktu buat belajar dan ngeband !” Ucap Ayah dengan memegang pundak Radit.

“ Iyah, Yah, Bu ! Radit janji buat bisa bagi waktu, Radit bakal usahain.” Ucap Radit sambil memeluk Ayah dan Ibu.

Keesokan harinya, di sekolah …

“ Dit, kemaren lu kenapa buru-buru amat baliknya ?” Tanya seorang temannya.

Maaf, kemaren gue lagi ada masalah sama nyokap, bokap !” Jawab Radit.

“ Emang masalah lu sama nyokap, bokap lu apa ? Lu cerita dong sama gue? Kita kan temen, ya siapa tau gue juga bisa bantu ?” Ucap temannya dengan memegang pundak Radit.

“ Makasih sebelumnya bro ! Tapi masalahnya udah kelar kok, waktu festival kemaren sebenernya gue gak boleh ikut sama bokap gue soalnya besoknya gue ada ulangan matematika dan gue disuruh belajar.” Ucap Radit.

“ Kenapa lu gak bilang, kita kan bisa batalin acaranya?”.

“ Gak lah, gila aja acaranya dibatalin ? Ya udah lah gak apa-apa, lagian masalahnya udah kelar kok!”.

“ Lu yakin gak apa-apa ? Terus gimana sama bokap lu? Dia ngelarang lu buat ngeband?”.

“ Nyantai aja lagi, semuanya udah baik-baik aja ! Gue juga gak dilarang buat ngeband kok!” Ucap Radit dengan tersenyum.

“ Oh bagus deh, tapi laen kali kalo lu punya masalah, lu cerita aja sama gue ya ? Kitat kan temen, satu band pula ! Lu tuh gak sendirian bro, ada gue dan yang laen yang selalu ngedukung lu ! Ok bro !?” Pinta seorang temannya dengan tersenyum.

“ OK bro, makasih banyak !”.

Radit sangat senang mendengar hal tersebut, teman-temannya begitu peduli padanya. Kini Radit pun sudah bisa membagi waktunya untuk belajar dan bandnya, nilai-nilainya pun sangat memuaskan kedua orang tuanya.

“ Eh, ngomong-ngomong yang laen pada kemana ? Gue ada tawaran nih buat Sumber Urip !” Ucap Radit.

“ Ada tuh di kantin, emang tawaran apa sih Dit ?” Tanya temannya dengan raut muka penasaran.

“ Ada lah pokoknya ! Sekarang kita ke kantin aja susul temen-temen!” Ajak Radit.

Sesampainya di kantin, terlihat disana teman-temannya sedang asyik makan dan mengobrol dengan tertawa. Radit pun menghampiri teman-temannya.

“ Woy, apa kabar lu semua ?” Tanya Radit pada teman-teman bandnya.

“ Wey, Radit ! Kemana aja lu, baru keliatan.” Saut teman-temannya.

“ Gue sibuk sama belajar bro ! Haha” Jawab Radit dengan tertawa.

“ Alah, gaya lu Dit !” Ucap salah satu temannya.

“ Eh, tapi gue mau ngomong serius nih. Gue ada tawaran buat Sumber Urip nih, pada mau gak ?”

“ Emang tawaran apa Dit ?”

“ Gue mau Sumber Urip bikin album, gimana ?”

“ Wah, boleh tuh ! tapi mau bikin album gimana ? Lagu aja kita gak punya.”

“ Lu semua tenang aja, lagu ada tuh di gue ! Ya emang cuma iseng-iseng gue aja sih tuh lagu tapi coba aja kita iringin, siapa tau bagus, gimana ?” Ajak Radit.

“ Boleh deh, ya udah kita coba aja !” Ajak salah satu personil Sumber Urip.

Setelah beberapa lama menyanyikan lagu-lagu yang di buat Radit, Sumber Urip pun berangkat ke salah satu studio rekaman untuk merekam lagu-lagunya tersebut. Setelah lima jam melakukan rekaman, lagu-lagu tersebut pun telah masuk ke dalam sebuah CD.

Dan suatu ketika Sumber Urip mendapatkan kabar iklan dari segelintir kertas yang menempel di mading sekolahnya yang menyatakan bahwa lagu-lagunya yang beraliran punk-rock ini telah banyak di sukai oleh anak-anak muda. Sumber Urip pun di minta oleh kepala bagian studio rekaman untuk rekaman kembali, karena lau-lagunya akan di perbanyak dan lagu-lagunya akan di pasarkan. Mendengar Kabar seperti ini tentu membuat Sumber Urip sangat tertarik dan gembira karena apa yang di inginkannya selama ini akhirnya tercapai juga. Sumber Urip pun tidak ingin melewatkan kesempatan ini, Sumber Urip langsung mendatangi studio rekaman tersebut dan langsung melakukan rekaman seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya.

Kini lagu-lagu Sumber Urip dengan Radit sebagai pencipta lagu-lagu tersebut sudah banyak di pasarkan dan lagu-lagu yang telah di kasetkan tersebut pun telah berhasil di pasarkan sebanyak satu juta kaset. Tidak hanya berhasil di pasarkan, lagu-lagu mereka pun kini sudah banyak di putar di acara-acara radio.

Radit dengan teman-temannya sangat bangga dengan apa yang telah di hasilkannya. Radit pun sangat berterima kasih kepada Ayah dan Ibu karena mereka telah mempercayainya dan mendukungnya.

“ Dit, selamat yah buat band kamu nak.” Ucap Ayah di sertai Ibunya.

“ Iya Yah, Bu ! Radit juga mau berterima kasih sama Ayah dan Ibu karena Ayah dan Ibu udah mau ngizinin Radit buat ngeband.” Ucap Radit sambil memeluk Ayah dan Ibu.

“ Sama-sama nak, Ayah dan Ibu pun sangat bangga pada mu ! Tapi kamu juga harus tetap ingat sama kewajiban kamu, kamu gak boleh ninggalin kewajiban kamu, sebentar lagi kan kamu mau lulus dan kuliah.” Ucap Ayah sambil memegang kepala Radit.

“ Iya Yah, Radit bakal inget sama kewajiban Radit.”

Setelah lulus sekolah, Radit pun masuk ke universitas nomor satu di Indonesia yaitu UI. Kedua orang tua Radit sangat bangga melihat anaknya yang telah tumbuh dewasa sekarang dengan masa depan yang cerah. Dan Radit sangat bangga pada dirinya sendiri karena ia telah berhasil membawa teman-temannya menjadi anak band papan atas dan ia pun telah berhasil membuat impiannya menjadi kenyataan.

Waspada Selingkuh Syndrome

gw tadi baru denger kabar kalo ada dua temen gw yang jadi korban selingkuh sama pacar - pacarnya. jadi ceritanya temen teman gw yang cw itu pnya cowok dan temen gw yang cowok punya cw. dan pasangan mereka itu saling suka dan akhirnya terjadilah yang dinamakan selingkuh. dan yang lebih gw heran lagi, temen gw yang jadi korban selingkuh ini berasal dari satu perumahan.wkwkwkwkw, gokil gak tuh.
mungkin perumahan mereka kena kutukan syndrome selingkuh. HAHAHAHAHA!!!!

tapi hal itu jadi ngebuat gw sadar bahwa jadi korban selingkuh itu lebih sakit rasanya daripada jadi korban kecelakaan kendaraan bermotor. secara gitu orang yang kita sayangi dan kita percaya mungkin 100% tiba - tiba nusuk kita dari belakang pake pedang, sakitnya itu secara tiba - tiba dan gak disangka - sangka. pantesnya dihukum apa tuh?.hahahahaha
tapi gw jadi sadar kalo ada beberapa faktor yang meneyebabkan terjadinya selingkuh syndrome.

  1. kurang perhatian dari kita dan mendapatkan perhatian dari seseorang
  2. bosan dan berusaha mencari situasi yang baru
  3. kurang nyaman berada disamping kita tapi gak berani ngajakin putus
  4. terima cinta kalian karena terpaksa
  5. merasa terkekang dengan pasangan
  6. merasa dirinya ganteng atau cantik sehingga dirinya merasa pantas dapat pasangan yang lebih ganteng atau cantik dari kalian
  7. emang dasar mentalnya playboy atau playgirl
jadi kalian harus bisa waspada kalo udah membaca faktor - faktor tersebut pada pasangan kalian. buatlah diri kiamu menjadi lebih baik sehingga pasangan kalian merasa lebih nyaman dengan kalian.

Escape to Cibodas




ini dia the greatest moment bareng temen - temen XII IPS 2. setelah penat dengan aktivitas belajar selama satu tahun pelajaran dan hasilnya cukup memuaskan, kita nerayain kelulusan kita dengan acara kabur ke cibodas.

acara ini juga jadi acara perpisahan buat kita sebelum semua melanjutkan ke jalan kami masing - masing. gak ada rasa cape yang kerasa ma kita. yang ada cuma seneng,gila,dan basah karena keujanan dan main di air tejun

disini juga jadi acara tuker cincin nya salah satu temen gw, cuma sayang gak ada yang tau kapan tuh anak tukeran cincin.

yang jelas kalian jangan sampe lupa pada moment berharga ini, 29 April 2010

Cerpen Asik

Sumpah Sumardi

Karya : Wildan Alief Pradhito

Siang itu panas sangat terik namun, Mardi dengan sangat semangat pulang ke rumahnya di daerah Cilamaya, di bagian utara Kabupaten Karawang. Setelah pulang, dengan terburu – buru dia melemparkan tasnya ke kasur dan kemudian diapun langsung berganti pakaian. Setalah berganti pakaian dia pergi lagi dengan setengah berlari.

“mau kemana Di?, kok buru – buru amat?”, Tanya seorang tetangganya.

“Saya terlambat datang ketempat pengasapan ikan!!!”, Jawabnya sambil berlari.

Sudah hampir 5 bulan ini Mardi bekerja di tempat pengasapan ikan untuk membantu ibunya membiayai sekolahnya dan sekolah adiknya Si Didin juga untuk menambah biaya konsumsi sehari – hari. Sementara itu, Ibunya Mardi bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga Pak Komar, Orang yang memiliki tempat pengasapan ikan dimana Mardi bekerja. Sedangkan Ayah Mardi sudah meninggal 3 tahun yang lalu karena sakit pernapasan.

“Kamu telat 12 menit....”, Kata Pak Komar dengan kaku.

“Ada tugas tambahan yang harus saya kerjakan di sekolah Pak...”, Jawab Mardi dengan memelas.

“Itu bukan urusan saya, kalau kamu telat terus lebih baik saya mencari pegawai baru saja”, Jawab Pak Komar tidak peduli.

“Wah jangan pecat saya dong Pak, saya janji deh ini yang terakhir...”, Pinta Mardi.

“Ya sudah ini untuk yang terakhir kali, sana bekerja!!!!, Banyak ikan baru datang dari sungai buntu!!!”, suruh Pak Komar.

“Terima kasih atas kemurahan hatinya pak, baik saya akan langsung bekerja....”, Jawab Mardi dengan girang.

Mardi pun langsung bekerja mengasapi ikan – ikan yang baru datang. Mardi bekerja setiap hari kecuali sabtu dan minggu sampai dengan pukul setengah 10 malam. Dan baru pada malam harinya dia belajar sampai jam 11 malam.

Hari itu pun Mardi selesai bekerja lalu pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ibunya telah menyambutnya di ruang tengah dengan muka yang tampak sedih. Sedangkan adiknya, Si Didin sedang tidur di di pangkuan ibunya.

“Ibu kenapa?, kok keliatanya Ibu sedang sedih?”, tanya Mardi.

“Di....., dengarkan Ibu baik – baik ya!!”, Pinta Ibunya.

“Ya Bu, Mardi akan dengerin Ibu”, Jawab Mardi.

“Dari malam ibu mikirin masa depan kamu Nak”, Kata Ibunya Mardi.

“Memangnya kenapa dengan masa depan Mardi Bu?”,Tanya Mardi dengan penasaran.

“Sepertinya Ibu tidak bisa menguliahkan kamu Di.....”, Jawab ibunya dengan pelan.

“Loh, memangnya kenapa Bu?”, Tanya Mardi dengan lebih penasaran.

“Utang Ibu pada Pak Komar terlalu banyak Di...., Sekarang ibu akan fokuskan keuangan untuk membayar utang Ibu pada Pak Komar dulu”, Jawab Ibunya dengan jelas.

Mardi terdiam untuk beberapa saat setelah mendengar jawaban dari Ibunya. Dia sangat ingin sekali untuk meneruskan kuliah tapi dia juga berfikir apa enaknya hidup dibawah tagihan orang lain yang akan selalu datang menagih pada Ibunya.

“Baiklah Bu, Mardi ngerti kok dengan keadaan Ibu. Setelah lulus SMA, Mardi akan langsung bekerja untuk membantu Ibu membiayai sekolah Didin”, jawab Mardi dengan penuh pengertian.

“Mardi bersumpah Bu, suatu saat Mardi akan bisa kuliah dengan jerih payah Mardi sendiri tanpa harus menyusahkan Ibu. Setelah Mardi lulus kuliah nanti, Mardi akan bekerja di tempat yang elit dan kita akan menjadi orang kaya Bu, derajat hidup kita akan terangkat ke atas.”, Kata Mardi dengan muka yang berkaca – kaca sambil menunjuk ke atas.

Mendengar sumpah Mardi ibunya sangat terharu sambil meneteskan air mata. Dia sangat bangga pada anak pertamanya ini yang mau bekerja keras untuk mencapai cita – citanya.

“Ibu sangat bangga padamu nak....,”, Kata Ibunya sambil meneyeka air matanya.

“Tapi sekarang ini ada sesuatu yang menjadi pikiran Ibu...”, Kata Ibunya dengan suara yang sangat pelan.

“Apa itu Bu?”, Tanya Mardi.

“Adikmu ini sakitnya parah. Kita harus membawanya ke puskesmas tapi Ibu sekarang sedang tidak punya uang....”, Jawab Ibu dengan suara yang sangat pelan.

“Ini Bu, Mardi baru dapat upah mingguan dari Pak Komar.”, Jawab Mardi sambil memberikan sejumlah uang kepada Ibunya.

“Besok pagi Ibu bawa saja Si Didin ke puskesmas.”, sambung Mardi sambil menyambar handuk di jemuran.

Keesokan paginya Mardi seperti biasa berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki sedangkan Ibunya membawa Si Didin ke puskesmas. Di sekolah, Mardi belajar seperti biasa. Namun di tengah – tengah pelajaran matematika kepala sekolah Mardi datang ke kelas Mardi memanggil dirinya.

“Apakah disini ada yang bernama Sumardi?”, Tanya Pak Kepala sekolah.

“Saya pak!!!”, Jawab Mardi sambil mengacungkan tanganya.

“Ikut Bapak ke kantor sekarang!!!”, Suruh Pak Kepala sekolah.

Mardi pun ikut dengan Bapak Kepala sekolah ke kantornya. Dengan perasaan yang deg – degan dia mengikuti Pak Kepala sekolah dari belakang. Dia bertanya – tanya dalam hati ada apa Pak Kepala sekolah memanggilnya sampai harus beliau langsung yang datang ke kelasnya. Sesampainya di ruangan kepala saekolah Mardi langsung di suruh duduk.

“Silakan duduk”, Kata Kepala sekolah.

“Terima kasih Pak, tapi ada apa bapak sampai harus memanggil saya langsung kelas?, apa saya sudah melanggar peraturan Pak?”, Tanya Mardi dengan penasaran.

“oh tidak ada apa – apa. Justru bapak ingin menyampaikan kabar penting untuk kamu Di.....”, Jawab Pak kepala sekolah dengan tenang.

“Kabar apa Pak?”, Tanya Mardi dengan lebih penasaran.

“Sekolah kita di undang oleh pemerintah Kabupaten Karawang untuk mengikuti lomba derdas cermat tingkat nasional....”, Kata Pak Kepala sekolah

“Guru – guru telah sepakat untuk mengutusmu sebagai perwakilan dari sekolah kita”, Sambung Pak Kepala sekolah.

Mardi sangat senang mendengarnya. Dia senang karena sekolah telah percaya padanya untuk mengemban tugas yang berat untuk mengharumkan nama sekolahnya. Tapi ada suatu hal yang mengganjal pikiran Mardi.

“Dengan senang hati saya menerimanya Pak, tapi.....”

“Tapi kenapa Di?”, Tanya Pak Kepala sekolah.

“Tapi saya harus bekerja Pak. Setahu saya kalau ada lomba cerdas cermat seperti ini akan ada pelajaran tambahan setiap pulang sekolah sedangkan setiap pulang sekolah saya harus bekerja”, jawab Mardi dengan berat.

“Tapi hadiahnya besar loh Di”, Sela Pak Kepala sekolah.

“Kalau kamu berhasil menang, kamu akan dapat beasiswa kuliah di Universitas Indonesia....”sambung Pak Kepala sekolah.

Mardi terdiam sejenak. Mardi berfikir bukankah dia ingin sekali kuliah?, ini adalah kesempatan yang tak boleh dilewatkan oleh Mardi. Apalagi dia tidak harus bekerja untuk membiayai kuliahnya karena semua biayanya sudah di tanggung oleh pemerintah.

“Baik Pak saya bersedia menjadi wakil sekolah ini”, Jawab Mardi tanpa keraguan.

“Terima kasih Di. Dan satu lagi bila kamu menang kamu akan mendapat juara pertama, kamu akan mendapatkan uang tunai sebesar 100 juta rupiah”, Kata Pak Kepala sekolah.

Mardi makin bersemangat saja untuk memenangkan lomba tersebut. Sepulang sekolah, Mardi pun menceritakan ajakan Pak Kepala sekolah pada Ibunya.

“Ibu sih setuju saja kalau itu untuk kebaikan kamu. Berusalah dengan sungguh – sungguh untuk memenangkan lomba itu”, Jawab Ibunya mendukung keputusan Mardi.

“Tapi Mardi jadi tidak bisa bekerja Bu.....”, Jawab Mardi dengan nada mengeluh.

“setiap pulang sekolah Mardi harus menerima pelajaran tambahan”, Sambung Mardi.

“Tidak apa – apa Di, urusan biaya serahkan saja pada Ibu”, Jawab Ibunya sambil menepuk pundak Mardi.

“Terima Kasih Bu, Mardi janji akan memenangkan lomba cerdas cermat itu”, Jawab Mardi dengan Semangat.

Kini setiap hari sepulang sekolah, Mardi menerima pelajaran tambahan dari para guru pembimbing. Suatu hari ketika di sedang menerima pelajaran tambahan matematika, dia bertanya pada gurunya.

“Apakah akan ada banyak peserta yang akan mengikuti lomba ini Pak?”, Tanya Mardi pada gurunya.

“Ya tentu saja Di, Ini kan lomba tingkat nasional jadi akan banyak peserta yang akan ikut lomba cerdas cermat ini”,jawab Pak Guru.

“pokoknya kita tidak usah berharap menang lah dalam lomba ini. Pokoknya yang penting kamu mendapatkan pengalaman dalam lomba ini. Banyak sekolah dari kota yang mempersiapkan diri lebih baik daripada kita. Jadi kita tidak usah berharap menang dalam lomba ini yang penting kamu sudah berusaha”, sambung Pak Guru.

Mardi terdiam mendengar jawaban Pak Guru. Entah kenapa jawaban Pak Guru malah mematahkan semangat Mardi. Seterusnya Mardi meneruskan Pelajaran tembahan dengan malas – malasan. 2 hari selanjutnya pun Mardi mardi belajar dengan malas – malasan sampai pada akhirnya Mardi menceritakan perkataan gurunya pada Ibunya.

“Loh ga apa - apa dong Di......”Jawab ibunya.

“Yang penting kita berusaha dulu urusan kalah atua menang itu urusan nanti....”, Sambung Ibunya menyemangati Mardi.

Semangat Mardi pun bagaikan tersengat kembali mendengar perkataan Ibunya. Dia belajar lagi dengan penuh semangat. Tak terasa waktu berlalu. Kini tinggal 2 hari lagi menuju hari H. Mardi belajar tak kenal waktu bahkan sampai tidak tidur semalaman. Ibunya pun sampai harus mengingatkan dia untuk tidak lupa beristirahat demi kesehatannya. 1 hari sebelum Hari H, guru Mardi menyarankan untuk tidak belajar dulu melainkan menyuruh Mardi untuk beristirahat.

Keesokan harinya setelah shalat subuh, Mardi langsung bersiap – siap pergi kesekolahnya untuk kemudian pergi ke kota.

“Apakah Ibu dan Didin akan ikut?”, Tanya Mardi.

“Nanti setelah Ibu izin ke Pak Komar dan menjemput adikmu, Ibu akan langsung kesekolahmu dan ikut dengan rombongan guru”, Jawa Ibunya.

Mardi pun dengan semangat berjalan ke sekolahnya. Mardi berangkat terlebih dulu dengan kepala sekolah dengan menggunakan mobil Pak Kepala Sekolah sedangkan guru – guru yang lain akan menyusul bersama ibu dan Aik Mardi.

Sesampainya di Kantor Pemda Karawang, Mardi langsung mengurus pendaftaran dan namanya pun langsung di panggil untuk mengikuti lomba. Semua pertanyaan dari dewan juri berhasil ia jawab dengan benar. Score nya kini paling tinggi. Namun score nya mulai terkerjar ketika memasuki soal mata pelajaran komputer.

“Waduh gimana saya bisa jawab pertayaannya?, orang megang komputer aja jarang....”, Gumam Mardi dalam hati.

Namun pikiran Mardi kembali jernih ketika rombongan sekolahnya beserta ibunya datang.

“Ayo Mardi jangan tegang!!!!”, Teriak gurunya.

“Jangan Tegang Nak!!!, jawab saja sebisa mu!!!, jangan takut salah!!!”, Terak Ibunya menyemangati.

Pikiran Mardi pun kembali jernih dan mardi bsa menjawab soal dengan tenang. Tak terasa kini Mardi sudah berada di penghujung lomba kini juri pun sudah menghitung score masing – masing peserta.

“Dan pemenangnya adalah Sumardi dari Kabupaten Karawang!!!. Dia berhak atas Beasiswa ke Universitas Indonesia Dan uang tunai sebesar 100 juta rupiah!!!!”, Seketika guru – gurunya pun bersorak kegirangan.

Ibunya Mardi hanya bisa meneteskan airmata mengetahui anakanya kini bisa kuliah dan hutang – hutangnya pada Pak Komar bisa terlunasi. Sedangkan Mardi langsung sujud syukur mengetahui dirinya yang jadi pemenganya.

Tahun berikutnya setelah lulus SMA Mardi pun Kuliah dengan beasiswa di Universitas Indonesia. Sementara uang tunai yang 100 juta hadiah cerdas sermat itu di pakai ibunya untuk untuk modal ibunya membuka rumah makan di daerah Cilamaya. Rumah makan Ibunya sangat populer di kalangan pejabat kota. Sementara Adiknya Mardi sekarang sudah duduk di bangku SMA.

Tak terasa kini Mardi sudah lulus kuliah. Dia sekarang bekerja di sebuah perusahaan swasta. Jabatannya cukup tinggi karena nilai - nilai Mardi ketika kuliah cukup tinggi. Kini Mardi dan keluarganya sudah Pindah ke kota dan tinggal di rumah yang besar. Walau begitu mereka selalu datang ke desanya untuk bersilaturahmi dengan orang – orang yang di kenalnya dan untuk mengecek rumah makan Ibunya. Sumpah Mardi pada saat SMA dulu sudah di penuhi.