Banyak orang bilang nonton film kartun, anime, atau baca
komik adalah kerjaan anak kecil. Bahkan banyak yang ngatain kaya gini “ikh udah
gede juga nontonnya baruto sih?”. Tapi so what bagi gw??? Faktanya film kartun,
anime, atau semacamnya ternyata ada kelas peruntukan umurnya juga. Kalo
seumuran nontonnya semacam upin ipin, shaun the sheep, atau larva, jelas itu
tontonan yang salah karena jalan cerita nya terlalu simple dan gak merangsang
kita buat berfikir. Tapi kalo nontonya nya semacem naruto, detektif conan, atau
kaya one pice yang belum tamat-tamat sampe sekarang, buat gw itu emang pas buat
seumuran 18 tahun ke atas. Faktanya komikus jepang ataupun amerika selalu
melakukan research sebelum membuat suatu film atau komik. Contoh yang paling
nyata adalah yang baru-baru ini dilakukan oleh marvel dengan film iron man atau
the avengers nya. Mereka melakukan research tentang pembuatan komputer yang
digitanya bisa melayang dan bisa kita genggam dengan tangan datanya seperti
yang sering dilakukan oleh toni stark. Hal ini cukup masuk akal juga mengingat
sekarang sudah menjamur layar touchscreen. Bisa jadi 20 tahum mendatang kita
bisa disuguhkan dengan digitalisasi bentuk gambar dari komputer yang bisa di
gambarkan dalam bentuk hologram.
Atau seperti kartun jepang layaknya naruti dan one piece....
mereka di buat sedemikian panjang sehingga membuat jalan cerita bisa menjadi
teka-teki. Misalnya tokoh obito yang diceritakan sudah mati ternyata masih
hidup dan muncul di episode yang cukup jauh. Atau cerita episode sekarang yang
diangkat berdasarkan cerita episode jauh sebelumnya. Semua itu mengajak kita
berfikir kira-kira siapa yang akan membalaskan dendam atau siapa yang ternyata
mengalahkan musuhnya. Terlebih lagi merangsang ingatan kita untuk mengingat
jauh ke episode belakang.
Gw sendiri jujur penggila komik dan film-film yang
menceritakan tokoh superhero. Dalam film tersebut sering di gambarkan tentang
pengrbanan si superhero, teknologi yang di ceritakan sangat canggih, dan yang
paling membuat penasaran adalah kostumnya. Versi orangnya tersebut sama gak
kaya versi karun atau komiknya. Terlebih lagi untuk komik jepang yang biasanya
mencarai wajah yang mukanya mirip dengan di komik karena superhero jepang
jarang yang pakai topeng seperti superhero amerika.....
Well
semuanya balik lagi pada selera masing-masing, people’s like setiap orang
berbeda-beda.