OLEH : WILDAN ALIEF PRADHITO
Teet.... teeet......teett..........
Bel pulang
sekolah sudah berbunyi, semua siswa SMA Negeri 1 Karawang pun berebut keluar sekolah ingin segera
meninggalkan gedung sekolah yang terlihat seperti bangunan penjara itu. Danu,
yang sekarang duduk dibangku kelas 2 ips itupun tak ketinggalan berebut
romboangan pulang.
“boy,santai
sini dulu!!!!”, kata wisnu memanggil danu yang saat itu tengah berjalan cepat
“buru-buru nih
boy, gw mau dines dulu”, kata danu sambil berlari
“ok boy, ntar
kalo lewat rumahku, mampir dulu ya” jawab wisnu
“sip,ntar gw
numpang istirahat ya”, kata danu sambil mengambil sepedanya
Bak sebuah roket,
danu menggoes sepedanya kebut sekali. Udara kota karawang yang panas pada hari
itu tidak membuat danu menjadi malas untuk liar. Danu terus menggoes kebut
sepeda usangnya hingga sampailah dia di agen koran dan majalah yang terletak di
daerah niaga. Ko Acong sudah menunggunya di meja kerjanya dengan setumpuk
majalah dan koran.
“selamat siang
bos!!! Saya harus jadi sales kemana hari ini?”, sapa danu dengan semangat
“eh kamu dly,
capek gak? Kalo capek sana makan dan istirahat dulu gih” jawab bosnya dengan
ramah
“gak usah ko,
langsung aja saya meluncur”, danu menjawag dengan semangat dan terengah-engah
“owh ok deh
kalo kamu maunya begitu, ini anterin koran dan majalah ke warga perumahan P dan
K. Ni daftar rumahnya, entar kamu langsung pulang aja gak usah kesini lagi”,
perintah ko acong sambil memberikan sekardus koran dan majalah tadi kepada danu.
“ok siap ko,” danu
pun segera menaikan kardus dan mengikatnya di boncengan belakan ontelnya
“eh tunggu
dly, ni uang upah kamu” kata ko acong memberikan uang 2 lembar bernilai 20
ribuan
“makasih ko,
saya gas dulu ya bos” kata danu sambil hendak mengoes sepedanya
“ya, hati-hati
dly” teriak ko acong
Danu pun
kembali menggoes kebut sepedanya sambil membawa ke kardus majalah dan koran
harian. Sudah hampir 2 tahun semenjak ayahnya meninggal dunia, danu bekerja
sebagai pengantar koran milik Ko Acong sebagai pengantar koran dan diupah
setiap 3 hari sekali. Upah tadi cukup untuk uang jajan harian danu. Danu sadar
mengingat penghasilan ibunya sebagai pedagang di kantin sekolah sangat
memprihatinkan bila harus memberi uang jajan yang dianggap cukup untuk danu dan
seorang adik perempuannya. Dulu almarhum ayah danu juga bekerja di tempat
agensi koran milik ko acong. Namun ayah danu mengalami kecelakaan sewaktu
mengantar koran hingga meninggal.
Sore hari
setelah mengantarkan korang danu pun langsung pulang kerumahnya di kawasan
jatirasa. Rumah yang amat sederhana ini dihuni oleh 3 orang anggota keluarga danu.
Malam selepas isya danu pun belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya. Tak lupa
juga dia mengajarkan adik perempuannya yang baru duduk dikelas 5 SD.
Namun malam
itu ketika danu sedang belajar tiba-tiba ada tamu yang mengetuk pintu
tripleknya.
Tok....tok....tok....
“Assalamualaikum”
, salam dari seseorang dari balik pintu
“Waalaikumsallam,
iya sebentar”, jawab ibu danu sambil berjalan hendak membukakan pintu
Ternyata tamu
itu adalah Pak burhan, guru BK di sekolah danu. Ibu danupun mempersilahkan pak
burhan untuk masuk.
“aduh maaf pak
beginilah rumah kami apa adanya”, kata ibu Danu sambil memenerima Pak Burhan
“Aduh gak
apa-apa bu, saya kesini hanya ingin menyampaikan kalo Danu sudah menunggak uang
bayaran selama 5 bulan. Danu terancam tidak bisa mengikuti ujian akhir smsester
karena di dalam aturannya peserta didik boleh
mngikuti ujian akhir smseter bila tidak menunggak uang SPP paling lama 3 bulan
berturut-turut” jelas pak burhan
Sontak
penjelasan pak burhan tadi membuat Ibu Danu tertegun seketika tidak tau harus
berbuat apa. Hati kecil Ibu danu pun merasa teramat gagal bila sampai danu
tidak bisa ikut ujian karena belum membayar SPP. Terlebih lagi SPP Danu masih
menjadi tanggung jawab Ibunya setelah ayah Danu wafat 2 tahun lalu
“apa tidak ada
keringanan untuk keluarga seperti kami pak?” tanya ibu danu dengan nada suara
yang sangat rendah
“mohon maaf
ibu kami sebetulnya sangat ingin membantu. Ibu bisa menyampaikan surat
keterangan tidak mampu dari kepala desa tapi, untuk proses permohonan tadi
prosesnya paling sdikit 3 bulan sementara ujian hanya tinggal 1 bulan lagi”,
jawab pak burhan
Mendengar tak
ada yang bisa dilakukan lagi selain melunasi SPP Danu, ibu danu pun hanya diam
tak bisa berkata banyak.
“Baik pak,
saya akan usahakan” jawab ibu Danu singkat
“mohon maklum
bu, ini hanya untuk smester genap ini. Untuk tahun ajaran berikutnya, saya akan
usahakan bantuan permohonan untuk Danu karena bagaimanapun dia adalah salah
satu siswa berprestasi” jawab Pak Burhan agak melegakan hati Ibu danu
“baik,
terimakasih atas sebelumnya Pak”, jawab Ibu Danu dengan singkat
“Saya permisi
dulu bu, wassalamualaikum” Pak burhan pun pamit
“Waalaikumsallam”
jawab Ibu Danu
Kini Ibu Danu
pun dihadapkan pada permasalahan yang besar baginya. Namun Ibu Danu tak berniat
menceritakan maksud kedatangan Pak Burhan tadi ke rumah. Ibu Danu takut bila
Danu ikut memikirkan masalah ini hingga mengganggu aktifitas belajarnya. Namun
ternyata dani menguping percakapan ibunya dengan pak burhan barusan. Dan Danu
pun merasa bingung apa yang harus dia lakukan mengingat dia hanya pelajar biasa
yang masih berada dalam tanggungan Ibunya.
Keesokan
harinya disekolah Danu pun menceritakan kejadian semalam pada sahabatnya wisnu.
“lo pake uang
gw dulu aja,ntar gantiinnya mah gampang natr aja yang penting sekarang lo bisa
ikut ujian dulu”, kata wisnu dengan baik hati menawarkan bantuan kepada danu
“ah jangan ah
nu, gw udah sering banget ngerepotin lo. Gw gak mau ngerepotin orang dalam
masalah ini, cukup gw sama ibu gw aja yang repot”, Danu menolak tawaran wisnu
Memang
selama ini wisnu banyak membantu Danu terutama dalam soal materi. Wisnu sering
menraktir Danu makan di kantin bahakan
sampai membelikan Danu buku teks pelajaran. Dalam hati Danu merasa berat untuk
menerimanya namun bila menolak dia taku sahabatnya ini kecewa terlebih lagi
yang ditawarkannya adlah hal yang positif dan bukan sesuatu yang macam-macam.
“ah
lo masih kaku aja sih sama sahabat sendiri” kata wisnu
“bukan gitu nu
tapi gw gak mau terus ketergantungan sama lo. Gw harus berusaha dan berdoa
sekeras dan semampu gw. Kalo urusan gw bisa ujian taua gak gw serahin lagi
semuanya sama Allah aja deh toh gw udah berusaha dan memohon. Apapun akhirnya
nanti, gw percaya kalo Allah udah ngasih yang terbaik menuruntNya buat gw” jawab
danu
“Ok gw kalah
nu, prinsip lo kuat banget. Gw Cuma bisa doain lo sekarang tapi inget, kalo lo
butuh bantuan lo jangan sungkan-sung dateng ke gw” kata wisnu sambil menepuk
pundak sahabatnya
“siap pak bos,
makasih banget ya kawan” kata Danu sambil senyum dan berjalan masuk kek kelas
Selepas pulang
sekolah seperti biasa Danu bekerja mengantarkan koran dan majalah. Bak seorang
kamen rider yang bertugas di sore hari, dia menggoes kebut sepeda ontelnya.
Danu kini mengantar koran dan majalah lebih banyak untuk menambah upahnya agar
bisa membantu ibunya. Namun Danu harus pulang hingga selepas magrib. Saat
ibunya bertanya mengapa dia pulang telat, danu hanya menjawab kalo dia membawa
sepeda dengan agak pelan. Begitulah setiap
hari dia bertugas sebagai ksatria sore hari.
Setelah
berjalan 1 minggu, danu mendapatkan yang agak lumayan banyak untuk membantu
ibunya. Namun sore itu ketika danu mengantarkan koran ke daerah kertabumi, dia
meliah ada sebuah tas tergeletak di sebuah pot bunga di alun-alun. Saat itu
danu sedang duduk sebentar untuk beristirahat. Dia menghampiri tas itu dan
membuaka isinya.
“astagfirullahaladzim”
danu kaget stengeh mati
Di dalam tas
itu berisi segepok uang. Danu pun berfikir untuk membawa uang itu pulang dan
dia simpan dan bisa ia gunakan untuk bayaran SPP dia dan adik perempuannya.
Degang semangat danu pulang kerumah. Danu pun mampir ke masjid Al-jihad dulu
untuk solat magrib. Namun setelah solat magbrib ia seolah diingatkan kalau uang
itu bukan haknya. Hampir saja dia membuat ilmu dan darahnya menjadi sesuatu
yang haram. Dia pun mencari tanda pengenal di dompet yang ada di tas itu. Dia
mendapati nama dan alamat yang kemungkinan pemilik tas itu. Dia pun segera
mengantarkan tas itu ke alamat yang ada di tandapengennal yang dia temukan di
dompet. Tempatnya cukup jauh yaitu di daerah klari. Sampailah dia di sebuah
rumah besar meurut tanda pengenal dalam dompet itu
“assalamualaikum”
danu berteriak di depan rumah
“waalaikumsallam,siapa
ya?” jawab seorang ibu paruh baya keluar dengan muka panik
“betul ini
rumah ibu Mike Sofia?” tanya danu
“Iya
betul saya sendiri, kamu ada perlu apa
ya?” tanya ibu tadi belum membukakan pintu untuk danu
“ini bu saya
menemukan tas ini di pot bunga di alun-alun. Apa betul ini punya ibu?” tanya
danu sambil memberikan tas yang iya temukan tadi
“iya betul
sekali de, itu tas saya” spnotna si ibu tadi membuka pagar besarnya dan
mengambil tasnya dan kemudian membuka tasnya
“aduh
terimakasih de” ibu tadi pun seperti kegirangan
“paaakkk
tasnya sudah ketemu”, teriak bu mike memanggil seseorang
Tak lama
keluar lah seorang pria agak tua. Dan ternyata pria itu adalah Bapak Ridwan,
kepala sekolah Danu. Danu pun sontak menyalami Pak Ridwan. Setelah pak ridwan
bercerita, ternyata uang tadi adalah uang bantuan opreasional untuk sekolah
danu. Tak terbayang bila uang itu hilang atau terpakai tadi oleh danu. Danu
telah menyelamatkan uang amanah barusan. Dia pun dianggkat menjadi anak oleh
Pak Ridwan yang memang kebetulan tak punya keturunan. Seluruh biaya sekolah
danu di tanggung oleh Pak Ridwan bahkan hingga ke universitas dan lulus sebagai
sarjana ekonomi di Universitas Indonesia. Kini sang kesatria sore haripun sudah
bekerja di perusahaan migas terkemuka di Indonesia. Dan karena kerja keras dan
kejujurannya, dia berhasil mengangkat drajatnya dan drajat aibu serta adiknya